Rabu, 25 September 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

 

Kegiatan "SEMABER" (Selasa Makan Bersama)
Murid UPTD SDN 070974 Gunungsitoli
Kota Gunungsitoli

Nama CGP Rekognisi :    Yulianus Lase, S.Pd                                Fasilitator Pemandu   :    Samsuedi

Angkatan                      :    11 (Sebelas)                                           Tahun                         :    2024

Unit Kerja                     :    UPTD SDN 070974 Gunungsitoli

 

SALAM DAN BAHAGIA !

Setelah saya mempelajari Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik, saya melakukan refleksi untuk diri sendiri yang dipandu oleh pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

Pendidikan Guru Penggerak menyiapkan diri guru sebagai pemimpin pembelajaran, selain itu program Pendidikan Guru Penggerak juga menyiapkan guru untuk menjadi seorang kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah, tentunya tidak akan terlepas dengan tugas supervisi akademik. Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran diselenggarakan dalam suasana belajar yang:
a) Interaktif;
b) Inspiratif;
c) Menyenangkan;
d) Menantang;
e) Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; dan

Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah sebagaimana tertuang dalam standar tenaga kependidikan pada Standar Nasional Pendidikan.

Kriteria minimal kompetensi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” 

Tujuan pelaksanaan coaching adalah menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki.

Coaching berhubungan untuk membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan melontarkan pertanyaan, coachee lah yang membuat keputusan sendiri.

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada  agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. 

Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat  yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coachingTut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun).  Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Oleh sebab itu, empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru (coach/pamong) dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran.

1.  Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Di dalam modul 2.3 ini membahas tentang kegiatan coaching untuk keperluan Supervisi Akademik. Bagi orang awam, termasuk saya ini, kegiatan coaching merupakan hal yang tidak terlalu familiar, karena jarang sekali mendapat referensi sebelumnya tentang ini. Namun setelah mengenal dan mempelajarinya lebih mendalam ternyata manfaatnya sangat mendalam dan sangat penting bagi pendidik dan juga kepada murid, terutama dalam menemukan solusi untuk suatu persoalan yang dihadapi disuatu peristiwa yang dialami. Saya sungguh bangga dan senang sekali karena saya mendapatkan suatu pengalaman baru dalam hal pengajaran berlatih menjadi seorang supervisor, coach dan juga sebagai coachee. Sering sekali saya dimintai pendapat untuk mengatasi masalah baik pada murid, juga bagi rekan sejawat baik itu dalam hal akademik ataupun masalah pribadi, masalah sosial dan emosional yang dihadapi oleh siswa sangat bermacam-macam, seperti masalah kepercayaan diri, hubungan dengan teman sebaya, dan mengelola emosi. 

Selain sebagai guru saya dapat memberikan dukungan moral dan mendengarkan siswa yang mengalami kesulitan. Dengan demikian, sebagai coach dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka, yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. dengan bekal ilmu yang saya dapat dari modul 2.3 ini mengenai coaching saya dapat dengan mudah membantu mereka untuk menguraikan masalah dan menemukan solusi yang akan dicapai untuk tujuan tertentu.

Adapun kaitan materi coaching ini dengan materi modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi juga materi modul 2.2 tentang pembelajaran sosial dan emosional sangat erat dan berkaitan satu sama lain. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual siswa dalam belajar. Dalam hal ini seorang Coach dapat membantu guru atau rekan sejawat dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang berdiferensiasi dan menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Coach dapat memberikan ide dan saran bagi guru dalam merancang materi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Ada beberapa pertanyaan dalam proses coaching yang dapat ditanyakan untuk menggali kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yaitu :

a)     Apakah muatan materi pembelajaran sudah sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa ?

b)     Sudahkah guru menerapkan pembelajaran yang sesuai perkembangan zaman saat ini ?

c)     Apakah ada aspek kritis dan reflektif dalam konsep materi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis ?

d)     Apakah guru sudah menggunakan segala potensi yang ada untuk melaksanakan pembelajaran terbaik bagi siswa?

Sedangkan Pembelajaran sosial dan emosi adalah bagian yang sangat penting untuk pengembangan siswa secara holistik. Saya sebagai guru yang berindak sebagai Coach di sekolah dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka melalui pendekatan yang terstruktur dan berkelanjutan.

Seorang coach dapat memberikan dukungan dalam hal ini dengan membantu siswa mengidentifikasi dan mengelola emosi mereka, meningkatkan kemampuan personal, membangun hubungan yang positif dengan teman sebaya, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam mengatasi konflik. Dalam hal ini, coach dapat membantu guru dalam melaksanakan program pembelajaran sosial dan emosi di sekolah. Coach dapat bekerja sama dengan guru dalam mengembangkan program pembelajaran sosial dan emosi yang terintegrasi dengan kurikulum dan memfasilitasi kegiatan dan program sosial dan emosi di sekolah.

Karena itu peran saya sebagai coach dalam kaitan penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional sudah sangat jelas yaitu membantu guru atau rekan sejawat dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang berdiferensiasi dengan menyesuaikan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa dan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial emosional mereka melalui pendekatan yang terstruktur dan berkelanjutan.

2.   Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?

Keterampilan coaching memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran saya harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengelola tim dengan baik. Pemimpin pembelajaran berkewajian untuk membantu anggota tim dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keterampilan coaching sangat sesuai untuk mengembangkan kompetensi pemimpin pembelajaran. Berikut adalah beberapa keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran :

a.      Sebagai seorang coach, kemampuan untuk mendengarkan dan memberikan dukungan sangat penting. Hal ini juga relevan dalam pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Seorang pemimpin pembelajaran yang baik harus memiliki kemampuan untuk mendengarkan keluhan dan masalah anggota tim, serta memberikan dukungan dan solusi yang tepat. Dengan kemampuan ini, seorang pemimpin pembelajaran dapat membangun hubungan yang baik dengan anggota tim dan meningkatkan kinerja tim secara keseluruhan.

b.     Seorang coach memiliki peran penting dalam mengembangkan keterampilan dan potensi siswa. Hal ini juga relevan dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengembangkan keterampilan dan potensi anggota tim, serta membantu mereka dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kemampuan ini, seorang pemimpin pembelajaran dapat menciptakan tim yang lebih efektif dan produktif.

KESIMPULAN

Sebagai seorang coach yang baik selain menguasai alur TIRTA serta RASA dalam melakukan proses coaching, dalam kapasitas sebagai pendidik juga harus mampu menguasai dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi serta pembelajaran sosial dan emosional agar kebutuhan belajar siswa dapat terpenuhi. Guru hanya menuntun siswa sesuai kodratnya masing-masing, agar siswa dapat mendapatkan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat.


0 komentar:

Posting Komentar